Pelukan Terakhir Aliya
Friday, August 11, 2017
140 Comments

Bloklimasatu.com - Rahmad adalah Pegawi Negeri Sipil yang harus meninggalkan rumahnya untuk merantau demi masa depan yang lebih cerah. Liburan kali ini dia putuskan untuk tidak pulang karena malam lebaran ke tiga nanti akan ada satu acara yang tidak bisa ia tinggalkan.
Malam yang dingin diantara rintik hujan yang semakin lebat. Rahmad masih terdiam dalam ruang gelap kantornya. Bukan karena ingin menikmati kesendiriannya, karena memang lampu kantor sedang rusak dan belum ada yang memperbaikinya.
Ini adalah malam pernikahan teman baiknya, Lukman yang biasa menemaninya menghabiskan malam maupun siang dengan secangkir kopi dengan setengah bungkus rokok hasil beli di warung mbah Sri.
Lama ia menunggu Nasir datang menjemputnya, dan hujanpun tak kunjung reda. Samar-samar terlihat jam dinding menunjukkan arah 9, dan itu berarti acara sudah setengah jalan. Pikirannya semakin kacau, pesan singkat yang ia kirimkan selepas maghrib belum ada balasan.
Ingin ia rebahkan tubuh dan pejamkan mata sembari menunggu Nasir datang dan gelembung-gelembung langit memudar. Namun ia takut sahabat karibnya itu nantinya datang dan tak melihat batang hidungnya yang sedang terbaring. Ia urungkan hasratnya.
Matanya tertuju pada sofa yang tak jadi ia gunakan tidur yang justru mengingatkan pada kenangan beberapa tahun lalu ia habiskan malam dengan bidadari yang sayapnya mulai menghitam, Aliya.
Perasaannya semakin kacau, kenapa dia harus mengingat pada sosok yang telah berkali-kali ia lupakan dengan begitu beratnya. Bayangan Aliya semakin tercetak jelas dipelupuk mata. Setiap kedipnya bukan gelap dan hitam yang ia lihat, tapi justru senyum dan canda tawa Aliya di masa lalu.
“Iblis sedang bergerilya memberi pekerjaan kepada tukang ruqyah di malam dengan rintik hujan seperti ini. Jangan dalam-dalam memikirkannya. Toh nanti juga bakalan ketemu”.
Suara Nasir menghentikan jelajahku ke masa lalu. Aku masih belum menjawab sapanya, lilitan benang penjahit samping rumah serasa melilit-lilit dalam otakku. Aku lupa kalau calon istri Lukman adalah teman sekelas Aliya. Sudah pasti dia akan datang ke resepsi malam ini. Aku bingung, aku takut dia datang. Dan itu berarti usahaku beberapa tahun terakhir untuk perlahan menghapusnya dari ingatan akan sia-sia.
“Kita berangkat besok pagi aja, toh hujan juga belum reda. Lukman pasti akan mengerti.” Jawab Rahmad yang telah begitu lama ditunggu Nasir.
“Mbah Sri yang bukan siapa-siapamu saja setiap hari kau kunjungi. Ini teman dekatmu, bahkan bukan teman dekatku, pernikahan yang sekali seumur hidup mau kau urungkan menghadirinya?” Ucap Nasir seperti sedang berpidato tujuhbelasan.
Dengan lemas dan berat hati ia turuti keinginan Nasir. Toh itu juga sudah menjadi kewajibannya menghadiri undangan teman karibnya.
Sepanjang jalan tangannya menengadah memohon kepada Tuhan agar tak Ia pertemukan dengan belahan hati amnesianya itu. Bukan karena ia sudah tak cinta lagi, cintanya masih teramat dalam, bahkan melebihi dari separuh hatinya. Tapi rasa sakit harus menghadapi kenyataan kisah cintanya tak akan berakhir seperti Lukman. Orang tua Aliya menghendaki menantu yang pinter baca kitab dan bertani. Cukup realistis memang melihat Pak Habibi, ayah Aliya yang seorang kiyai dengan sawah berhektar-hektar.
Dengan melipat tangan dengan lipatan celana dibawah lutut Rahmad mulai menyususri rumah istri Lukman yang memang harus melewati gang kecil dulu sebelum sampai ke rumahnya. Baru beberapa langkah turun dari boncengan Nasir, dari belakang terdengar suara lirih menyapanya. Rahmad menggigil mendengar suara itu melebihi biasanya, ia tak sempat menengok, bukan takut dengan pemilik suara, karena itu hanyalah suara Nurul, tapi lebih pada teman dekat Nurul, Aliya. Lehernya kaku seperti terganjal balok terbesar di perhutani Jatirogo. Ia takut Aliya benar-benar datang malam itu, meski kemungkinan datang sangat kecil karena rumahnya yang sangat jauh.
“Iya Nurul” sambil ia gerakkan tubuhnya menghadap Nurul. “sudah mau pulang?” sapa Rahmad dengan getar bibir layaknya mesin diesel.
“Tak kira gak datang kak, dari tadi ditanyakan terus sama orang dibelakang kakak”. Sontak ia menengok ke belakang. Dan benar saja Aliya berdiri tegap dengan senyum tersunggingnya.
“kok baru datang, mas? Kita pulang dulu ya” sapa Aliya yang tak sempat Rahmad jawab.
Malam yang menakutkan itu terjadi juga, doanya sepanjang perjalanan tidak manjur. Acara Resepsi memang sudah selesai. Lukman sudah berganti pakaian dan menemui kami berdua. Tak terjadi banyak perbincangan karena memang waktu sudah larut dan acara sudah selesai.
Selepas makan Rahmad segera berpamitan karena tiba-tiba perutnya sakit.
Baru saja ia menaiki kendaraan, ada sebuah pesan singkat masuk, dan itu dari Nurul. “ Kalau sudah pulang, kabarin ya, Aliya mau bicara sesuatu”. Sakit perutnya semakin parah dibarengi dengan sakit kepala yang mulai menusuk.
Sesampainya di rumah Rahmad langsung menumpahkan hasrat perutnya supaya pertemuannya dengan Aliya cepat terlaksana dan terselesaikan.
Rahmad menuggu di dalam kantor dimana dia tadi menuggu Nasir. Pikirannya kembali berkecamuk, ada rasa takut yang mendalam, ada harapan besar pula yang ia rapalkan ditengah gigilnya.
“Silahkan diselesaikan kak, biar tidak saling memendam”. Lalu Nurul meninggalkan mereka berdua.
Seperti pemuda yang baru saling mengenal dan sedang dimabuk asmara. Tak ada sepatah kata yang terucap sampai hampir setengah jam. Sampai Nurul kembali masuk dan membantu Aliya menyampaikan unek-unek-nya.
“Aliya sudah selesai skripsi kak, mungkin ini waktu yang tepat untuk menunjukkan niat tulus kakak. Silahkan dilanjutkan, tapi jangan terlalu lama, tidak enak bila dilihat orang. Sudah terlalu malam”. Nurulpun kembali pergi meniggalkan mereka.
“aku masih Rahmad yang sama, yang selalu ingin memilikimu seutuhnya. Jika kamu siap berkomitmen, kita jalani dan lewati semuanya. Aku siap menjadi kaki kiri tanpa alas untuk menapaki bara, asal ada kaki kanan yang selalu mengiringi dengan alas berhias permata, dan itu kamu.”
Dan sudah bisa ditebak, suasana kembali hening tanpa jawaban. Tak ada penolakan ataupun jawaban sampai Nurul datang lagi.
“gimana kak, sudah selesai?”
“sudah, silahkan kembali.” Jawab Rahmad dengan senyum yang sangat dipaksakan.
Sembari memandang langit-langit ruangan ia rebahkan badan lusuhnya di sofa kecil penuh debu itu. semua ketakutan-ketakutannya berjalan dengan rapi. Dengan akhir yang sama. Ia putuskan untuk memejamkan mata dan tidur.
Baru sesaat ia penjamkan mata, handphonenya berdering.
“Mas, bisa pinjam charger?, dari tadi handphoneku mati. Tolong diantar sampai depan rumah ya. Sangat berharap.” Demikian isi pesan pendek yang terkirim dari nomor Nurul.
Ingin ia tidur saja, dan mengabaikan semuanya. Karena akhir dari hubungannya dengan Aliya sudah bias ditebak akhirnya. Namun semakin ia pejamkan mata, semakin tidak bisa tidur dan tidak tenang pikirannya. Ia putuskan untuk berdiri mengambil charger seadanya dan mengantarkannya.
Didepan rumah Nurul sepi, tidak ada Aliya disana. Hampir saja Rahmad kembali pulang, karena malam sudah terlalu larut, ia takut ada kejadian yang tak diinginkan. Belum sempat ia nyalakan motornya, suara Aliya memanggil dari tangga samping rumah Nurul. Ternyata mereka berdua tidur di rumah lantai atas.
Aliya tidak mau turun, dan menunggu ditangga. Rahmadpun menaiki tanggal untuk memberikan charger dan langsung meninggalkan Aliya.
“Udah, gitu aja?” suara Aliya yang sontak menghentikan langkah Rahmad. Ia balikkan badannya dan kembali mendekati Aliya. Dan lagi tak ada kata terucap.
Aliya memegang tangan Rahmad. Hal yang sebenarnya biasa bagi mereka berdua, tapi itu dulu. Rahmad lemas, tak mampu membalas genggaman Aliya. Hati dan pikirnya seperti tak ada desiran darah yang mengalir. Perlahan genggaman itu terlepas. Bukan untuk pergi dan meninggalkan Rahmad, tapi justru berpindah melingkari tubuh lemasnya. Pelukan yang semakin lama semakin erat, dan Rahmadpun membalasnya.
Rahmad melepaskan pelukan Aliya yang seperti orang sedang tertidur.
“tidurlah, agar besok tidak pulang kesiangan.” Pinta Rahmad sembari melepaskan pegangan dibahu Aliya. Entah apa yang dirasakan dan diinginkan dalam benak Aliya. Nyatanya tak sejengkalpun langkahnya bergeser. Dan dalam lubuk terdalam Rahmadpun tak ingin segera mengakhiri saat-saat yang sudah sangat lama tak ia rasakan. Dengan kecupan dikening Aliya, Rahmad meninggalkan tangga dan malam yang kian menggigil.
mantap gan, Banyak makna dri certanya nih. Ane bntu share deh
ReplyDeleteSilahkan gan. makasih..
DeleteSi aliya sangat agresif ternyata, saking gk mau kehilangan
ReplyDeleteHaha... banyak malunya dia..
DeleteIni cerita ngarang sendiri gan?
ReplyDeleteIya gan. Ikutin cerita selanjutnya ya...
Deletekasihan selalu ditinggal
ReplyDeleteIya, Kasihan banget gan.
DeleteHAHAHA Ceritanya Menarik apalagi si aila tuh wkwkwkw
ReplyDeleteTerharu ane gan sampe baper gk kebendung
ReplyDeleteSiapin tisyu gan. Jangan smpe ketahuan org. Hihi,..
DeleteBikin terhura
ReplyDeleteMantapp ceritanyaa gan greget liat ai aliya nyaa hahaha
ReplyDeletePengen diapain gan? Hehe
DeleteRindu aliya selalu dirindukannya
ReplyDeleteIni cerita buatan sendiri ? Bagus banget njirrr :')
ReplyDeleteIya gan. Makasih ya. Hehe,.
Deletejoss... dalem banget, dibacanya enak
ReplyDeleteIkutin terus gan. Masih ada cerita lain juga..
DeleteKisah yang sangat luar biasa.
ReplyDeleteMakasih gan..
Deletekeren gan ceritanya.. sedih juga ya :')
ReplyDeleteterharu gan bacanya ya hehe
ReplyDeleteGOOD !!
ReplyDeleteTerharu 😂
ReplyDeleteWww dot Yukgas dot id
bagus ni buat di angkat ke novel gan..
ReplyDeleteNiatnya begitu gan. Hehe. Doain ya...
Deleteceritanya sedih banget
ReplyDeleteIni novel bikin sendiri atau dari buku ? kalo bikin sendiri keren bisa bikin novel
ReplyDeleteBikin sendiri gan.
DeleteMakasih..
Dibikin novel aja gan..sedih ceritanya
ReplyDeleteMantap bang, Semangat deh semoga bisa dibukukan :)
ReplyDeleteamin, makasih bang..
DeleteNice artikel, cocok dibuat buku/novel nih. BTW templatenya keren. Kalau boleh tau nama templatenya apa ya?
ReplyDeletesiap gan. lupa gan. klik aja link yang bawah itu gan.
DeleteAduh si mas rahmad kacau nih hehe
ReplyDeletewah calon novelis :D
ReplyDeletemantap itu mah
ReplyDeleteNice story, Ane bantu share gan
ReplyDeleteSilahkan gan. makasih.
Deletewah feel banget storynya , berbakat nih kalau buat novel
ReplyDeletemasih belajar kak. doain aja.. :)
Deletewisss , ceritanya bagus , feelsnya terasa bangat , sepertinya berbakat jadi novelis , di tunggu karya karya tulisnya yang lain :D
ReplyDeleteSiap mas.. makasih supportnya..
Deletesemakin bagus aja tulisannya.. lanjutkan gan
ReplyDeleteMakasih gan udah mengikti tulisan2 saya.
DeletePengen deh gue pengen punya pcr sprti aliya, mainstream soalnya hehe
ReplyDeleteMantap mas, ditunggu karya selanjutnya
ReplyDeleteSiap mas...
DeleteJadiin buku aja bagus nih
ReplyDeleteSlalu update gan , tunggu next cerpenya lagi
ReplyDeleteSlalu update gan , tunggu next cerpenya lagi
ReplyDeleteJadi baper nih baca cerpennya
ReplyDeleteHehe lantaran serunya ngebaca sampai lupa kalo ceritanya udah abis
ReplyDeleteHehe.. makasih gan. ganti cerita lain, masih banyk stok ituh.. hihi//
DeleteBikin baper ceritanya TT
ReplyDeletejadi terharu .. :(
ReplyDeletesedih saya gan jadinya
ReplyDeleteCeritanya menarik sekali apa lagi peran utamanya begitu agresif. Keren mas coba daftar krtabloid
ReplyDeletesiap gan. makasih..
Deletemengharukan mataku mendung membacanya
ReplyDeletesaya tunggu cerita selanjutnya gan,, bagus banget alur ceritanya...
ReplyDeleteseneng banget nih nemu cerita gini
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteCerpennya bagus + inspiratif gan, sukses terus bikin cerpennya
ReplyDeletesiap mas..
DeleteCeritanya bikin baper gan, hiks hiks
ReplyDeleteCeritanya bikin baper gan, hiks hiks
ReplyDeleteSedih tapi kerenn
ReplyDeleteCerita yang menarik
ReplyDeletenice story
ReplyDeleteSo sad :(
ReplyDeletengeri ceritanya, bkin sdih banget
ReplyDeletebagus banget nih ceritanya...saya bookmark dulu ya gan, biar sekalian baca yg lainnya😄
ReplyDeletehihi terbawa suasana jadinya .. sedihhh
ReplyDeleteBawa perasaan banget nih ceritanya.
ReplyDeletekeren gan novel pendek nya, :) berbakat nih jadi penulis novel
ReplyDeleteAliya sangat agresif rupanya, but itu yang idamannya
ReplyDeletehehehe, Keren dah~
makasih atas ceritanya gan
ceritanya sangat menarik sekali like like mantap
ReplyDeletekok sedih yah
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteTerus lebih berkarya gan, cerita nya mantapp!!
ReplyDeletecerita sangat menarik gan
ReplyDeletemantab om cerpennya
ReplyDeletecerpennya bagus banget
ReplyDeleteceritanya bikin baper!
ReplyDeletesedih juga nih denger cerita nya udah lama gak dipeluk ane wkwkwk
ReplyDeleteEnak tuh.. dingin dingin berpelukan.. hehe
ReplyDeleteEnak tuh.. dingin dingin berpelukan.. hehe
ReplyDeletemenyentuh gan ceritanya...
ReplyDeleteBanyak hikmah yang didapat
ReplyDeletesedih ceritanya.. :( bagus ceritanya min
ReplyDeleteterharu gan
ReplyDeletebanyak moment sedihnya
ReplyDeleteMantap gan artikelnya.. Bagus
ReplyDeleteterbawa suasana gua ni haha
ReplyDeleteAliya.. Semangat
ReplyDeleteBagus gan ceritanya, klo bisa jadiin novel sekalian.
ReplyDeletesangat bagus sobat
ReplyDeleteYg terakhir bikin baper
ReplyDeleteBagus juga ceritanya gan..
ReplyDeleteSedih juga bacanya
ReplyDeleteini buatan sendiri mas? wahh kembangkan terus mas, mantap alurnya :)
ReplyDeleteKebangkan terus gan gan keren alur cerita nya
ReplyDeleteCeritanya keren gan salut
ReplyDeleteKeren gan, sangat "touching" gan hehe
ReplyDeletebeda yang hobi nulis mh bagus bro lanjutkan :D
ReplyDeletewah ceritanya bagus banget bikin baper
ReplyDeleteDalem, mantab cerpennya.
ReplyDeleteJadi pengen dipeluk deh :v
keren ceritanya gan
ReplyDeleteSedih banget :')
ReplyDeleteTerharu gan baca ceritaya :'(
ReplyDeleteUpdate lagi gan.
ReplyDeleteWah keren gan ceritany ane bantu shared ya?
ReplyDeleteSilahkan gan.
Deletewah calon writer speri tere liye nih
ReplyDeletebagus bagus gan cerpennya
ReplyDeleteCeritanya menarik. Ditunggu cerita selanjutnya
ReplyDeleteterharu gan bacanya & keren banget
ReplyDeleteterharu gan
ReplyDeleteduh keren gan terharu coba bikin novel gan
ReplyDeleteHemmm, terharu gan ane
ReplyDeleteHemmm, terharu gan ane
ReplyDeleteCerita yang bagus.
ReplyDeletecerpennya bagus... nice artikell
ReplyDeleteBagus ceritanya
ReplyDeletemantap gan,,saya bookmart yaa gan
ReplyDeleteaduh baper :(
ReplyDeleteAduh ane sedih baca nih cerpen...di tunggu yg selanjutnya kalau bisa Genre misteri gan
ReplyDeletemantap artikel nya mas bermanfaat
ReplyDeleteCerpennya keren gan! Ditunggu update berikutnya.. izin bookmark gan!
ReplyDeleteCeritanya bagus gan..di tunggu update selanjutnya
ReplyDeletebagus nih ceritanya, bagus lagi kalau dibbuat jadi bbuku..
ReplyDeleteSedih kali certinya
ReplyDeletetetapi mengasikkan
Ceritanya bagus gan 😄
ReplyDeleteBagus
ReplyDeletebagus artikelnya gan, nice
ReplyDeletenice artikel gan terharu ane bacanya nih novel
ReplyDeleteBerhasil lo bikin gue baper.
ReplyDeleteMulai nulis novel aja, terus terbitin deh :D
Memyentuh bngetðŸ˜
ReplyDelete