Bloklimasatu.com - Rahmad adalah Pegawi Negeri Sipil yang harus meninggalkan rumahnya untuk merantau demi masa depan yang lebih cerah. Liburan kali ini dia putuskan untuk tidak pulang karena malam lebaran ke tiga nanti akan ada satu acara yang tidak bisa ia tinggalkan.
Malam yang dingin diantara rintik hujan yang semakin lebat. Rahmad masih terdiam dalam ruang gelap kantornya. Bukan karena ingin menikmati kesendiriannya, karena memang lampu kantor sedang rusak dan belum ada yang memperbaikinya.
Ini adalah malam pernikahan teman baiknya, Lukman yang biasa menemaninya menghabiskan malam maupun siang dengan secangkir kopi dengan setengah bungkus rokok hasil beli di warung mbah Sri.
Lama ia menunggu Nasir datang menjemputnya, dan hujanpun tak kunjung reda. Samar-samar terlihat jam dinding menunjukkan arah 9, dan itu berarti acara sudah setengah jalan. Pikirannya semakin kacau, pesan singkat yang ia kirimkan selepas maghrib belum ada balasan.
Ingin ia rebahkan tubuh dan pejamkan mata sembari menunggu Nasir datang dan gelembung-gelembung langit memudar. Namun ia takut sahabat karibnya itu nantinya datang dan tak melihat batang hidungnya yang sedang terbaring. Ia urungkan hasratnya.
Matanya tertuju pada sofa yang tak jadi ia gunakan tidur yang justru mengingatkan pada kenangan beberapa tahun lalu ia habiskan malam dengan bidadari yang sayapnya mulai menghitam, Aliya.
Perasaannya semakin kacau, kenapa dia harus mengingat pada sosok yang telah berkali-kali ia lupakan dengan begitu beratnya. Bayangan Aliya semakin tercetak jelas dipelupuk mata. Setiap kedipnya bukan gelap dan hitam yang ia lihat, tapi justru senyum dan canda tawa Aliya di masa lalu.
“Iblis sedang bergerilya memberi pekerjaan kepada tukang ruqyah di malam dengan rintik hujan seperti ini. Jangan dalam-dalam memikirkannya. Toh nanti juga bakalan ketemu”.
Suara Nasir menghentikan jelajahku ke masa lalu. Aku masih belum menjawab sapanya, lilitan benang penjahit samping rumah serasa melilit-lilit dalam otakku. Aku lupa kalau calon istri Lukman adalah teman sekelas Aliya. Sudah pasti dia akan datang ke resepsi malam ini. Aku bingung, aku takut dia datang. Dan itu berarti usahaku beberapa tahun terakhir untuk perlahan menghapusnya dari ingatan akan sia-sia.
“Kita berangkat besok pagi aja, toh hujan juga belum reda. Lukman pasti akan mengerti.” Jawab Rahmad yang telah begitu lama ditunggu Nasir.
“Mbah Sri yang bukan siapa-siapamu saja setiap hari kau kunjungi. Ini teman dekatmu, bahkan bukan teman dekatku, pernikahan yang sekali seumur hidup mau kau urungkan menghadirinya?” Ucap Nasir seperti sedang berpidato tujuhbelasan.
Dengan lemas dan berat hati ia turuti keinginan Nasir. Toh itu juga sudah menjadi kewajibannya menghadiri undangan teman karibnya.
Sepanjang jalan tangannya menengadah memohon kepada Tuhan agar tak Ia pertemukan dengan belahan hati amnesianya itu. Bukan karena ia sudah tak cinta lagi, cintanya masih teramat dalam, bahkan melebihi dari separuh hatinya. Tapi rasa sakit harus menghadapi kenyataan kisah cintanya tak akan berakhir seperti Lukman. Orang tua Aliya menghendaki menantu yang pinter baca kitab dan bertani. Cukup realistis memang melihat Pak Habibi, ayah Aliya yang seorang kiyai dengan sawah berhektar-hektar.
Dengan melipat tangan dengan lipatan celana dibawah lutut Rahmad mulai menyususri rumah istri Lukman yang memang harus melewati gang kecil dulu sebelum sampai ke rumahnya. Baru beberapa langkah turun dari boncengan Nasir, dari belakang terdengar suara lirih menyapanya. Rahmad menggigil mendengar suara itu melebihi biasanya, ia tak sempat menengok, bukan takut dengan pemilik suara, karena itu hanyalah suara Nurul, tapi lebih pada teman dekat Nurul, Aliya. Lehernya kaku seperti terganjal balok terbesar di perhutani Jatirogo. Ia takut Aliya benar-benar datang malam itu, meski kemungkinan datang sangat kecil karena rumahnya yang sangat jauh.
“Iya Nurul” sambil ia gerakkan tubuhnya menghadap Nurul. “sudah mau pulang?” sapa Rahmad dengan getar bibir layaknya mesin diesel.
“Tak kira gak datang kak, dari tadi ditanyakan terus sama orang dibelakang kakak”. Sontak ia menengok ke belakang. Dan benar saja Aliya berdiri tegap dengan senyum tersunggingnya.
“kok baru datang, mas? Kita pulang dulu ya” sapa Aliya yang tak sempat Rahmad jawab.
Malam yang menakutkan itu terjadi juga, doanya sepanjang perjalanan tidak manjur. Acara Resepsi memang sudah selesai. Lukman sudah berganti pakaian dan menemui kami berdua. Tak terjadi banyak perbincangan karena memang waktu sudah larut dan acara sudah selesai.
Selepas makan Rahmad segera berpamitan karena tiba-tiba perutnya sakit.
Baru saja ia menaiki kendaraan, ada sebuah pesan singkat masuk, dan itu dari Nurul. “ Kalau sudah pulang, kabarin ya, Aliya mau bicara sesuatu”. Sakit perutnya semakin parah dibarengi dengan sakit kepala yang mulai menusuk.
Sesampainya di rumah Rahmad langsung menumpahkan hasrat perutnya supaya pertemuannya dengan Aliya cepat terlaksana dan terselesaikan.
Rahmad menuggu di dalam kantor dimana dia tadi menuggu Nasir. Pikirannya kembali berkecamuk, ada rasa takut yang mendalam, ada harapan besar pula yang ia rapalkan ditengah gigilnya.
“Silahkan diselesaikan kak, biar tidak saling memendam”. Lalu Nurul meninggalkan mereka berdua.
Seperti pemuda yang baru saling mengenal dan sedang dimabuk asmara. Tak ada sepatah kata yang terucap sampai hampir setengah jam. Sampai Nurul kembali masuk dan membantu Aliya menyampaikan unek-unek-nya.
“Aliya sudah selesai skripsi kak, mungkin ini waktu yang tepat untuk menunjukkan niat tulus kakak. Silahkan dilanjutkan, tapi jangan terlalu lama, tidak enak bila dilihat orang. Sudah terlalu malam”. Nurulpun kembali pergi meniggalkan mereka.
“aku masih Rahmad yang sama, yang selalu ingin memilikimu seutuhnya. Jika kamu siap berkomitmen, kita jalani dan lewati semuanya. Aku siap menjadi kaki kiri tanpa alas untuk menapaki bara, asal ada kaki kanan yang selalu mengiringi dengan alas berhias permata, dan itu kamu.”
Dan sudah bisa ditebak, suasana kembali hening tanpa jawaban. Tak ada penolakan ataupun jawaban sampai Nurul datang lagi.
“gimana kak, sudah selesai?”
“sudah, silahkan kembali.” Jawab Rahmad dengan senyum yang sangat dipaksakan.
Sembari memandang langit-langit ruangan ia rebahkan badan lusuhnya di sofa kecil penuh debu itu. semua ketakutan-ketakutannya berjalan dengan rapi. Dengan akhir yang sama. Ia putuskan untuk memejamkan mata dan tidur.
Baru sesaat ia penjamkan mata, handphonenya berdering.
“Mas, bisa pinjam charger?, dari tadi handphoneku mati. Tolong diantar sampai depan rumah ya. Sangat berharap.” Demikian isi pesan pendek yang terkirim dari nomor Nurul.
Ingin ia tidur saja, dan mengabaikan semuanya. Karena akhir dari hubungannya dengan Aliya sudah bias ditebak akhirnya. Namun semakin ia pejamkan mata, semakin tidak bisa tidur dan tidak tenang pikirannya. Ia putuskan untuk berdiri mengambil charger seadanya dan mengantarkannya.
Didepan rumah Nurul sepi, tidak ada Aliya disana. Hampir saja Rahmad kembali pulang, karena malam sudah terlalu larut, ia takut ada kejadian yang tak diinginkan. Belum sempat ia nyalakan motornya, suara Aliya memanggil dari tangga samping rumah Nurul. Ternyata mereka berdua tidur di rumah lantai atas.
Aliya tidak mau turun, dan menunggu ditangga. Rahmadpun menaiki tanggal untuk memberikan charger dan langsung meninggalkan Aliya.
“Udah, gitu aja?” suara Aliya yang sontak menghentikan langkah Rahmad. Ia balikkan badannya dan kembali mendekati Aliya. Dan lagi tak ada kata terucap.
Aliya memegang tangan Rahmad. Hal yang sebenarnya biasa bagi mereka berdua, tapi itu dulu. Rahmad lemas, tak mampu membalas genggaman Aliya. Hati dan pikirnya seperti tak ada desiran darah yang mengalir. Perlahan genggaman itu terlepas. Bukan untuk pergi dan meninggalkan Rahmad, tapi justru berpindah melingkari tubuh lemasnya. Pelukan yang semakin lama semakin erat, dan Rahmadpun membalasnya.
Rahmad melepaskan pelukan Aliya yang seperti orang sedang tertidur.
“tidurlah, agar besok tidak pulang kesiangan.” Pinta Rahmad sembari melepaskan pegangan dibahu Aliya. Entah apa yang dirasakan dan diinginkan dalam benak Aliya. Nyatanya tak sejengkalpun langkahnya bergeser. Dan dalam lubuk terdalam Rahmadpun tak ingin segera mengakhiri saat-saat yang sudah sangat lama tak ia rasakan. Dengan kecupan dikening Aliya, Rahmad meninggalkan tangga dan malam yang kian menggigil.
Bloklimasatu.com - Rahmad adalah Pegawi Negeri Sipil yang harus meninggalkan rumahnya untuk merantau demi masa depan yang lebih cerah. Liburan kali ini dia putuskan untuk tidak pulang karena malam lebaran ke tiga nanti akan ada satu acara yang tidak bisa ia tinggalkan.
Malam yang dingin diantara rintik hujan yang semakin lebat. Rahmad masih terdiam dalam ruang gelap kantornya. Bukan karena ingin menikmati kesendiriannya, karena memang lampu kantor sedang rusak dan belum ada yang memperbaikinya.
Ini adalah malam pernikahan teman baiknya, Lukman yang biasa menemaninya menghabiskan malam maupun siang dengan secangkir kopi dengan setengah bungkus rokok hasil beli di warung mbah Sri.
Lama ia menunggu Nasir datang menjemputnya, dan hujanpun tak kunjung reda. Samar-samar terlihat jam dinding menunjukkan arah 9, dan itu berarti acara sudah setengah jalan. Pikirannya semakin kacau, pesan singkat yang ia kirimkan selepas maghrib belum ada balasan.
Ingin ia rebahkan tubuh dan pejamkan mata sembari menunggu Nasir datang dan gelembung-gelembung langit memudar. Namun ia takut sahabat karibnya itu nantinya datang dan tak melihat batang hidungnya yang sedang terbaring. Ia urungkan hasratnya.
Matanya tertuju pada sofa yang tak jadi ia gunakan tidur yang justru mengingatkan pada kenangan beberapa tahun lalu ia habiskan malam dengan bidadari yang sayapnya mulai menghitam, Aliya.
Perasaannya semakin kacau, kenapa dia harus mengingat pada sosok yang telah berkali-kali ia lupakan dengan begitu beratnya. Bayangan Aliya semakin tercetak jelas dipelupuk mata. Setiap kedipnya bukan gelap dan hitam yang ia lihat, tapi justru senyum dan canda tawa Aliya di masa lalu.
“Iblis sedang bergerilya memberi pekerjaan kepada tukang ruqyah di malam dengan rintik hujan seperti ini. Jangan dalam-dalam memikirkannya. Toh nanti juga bakalan ketemu”.
Suara Nasir menghentikan jelajahku ke masa lalu. Aku masih belum menjawab sapanya, lilitan benang penjahit samping rumah serasa melilit-lilit dalam otakku. Aku lupa kalau calon istri Lukman adalah teman sekelas Aliya. Sudah pasti dia akan datang ke resepsi malam ini. Aku bingung, aku takut dia datang. Dan itu berarti usahaku beberapa tahun terakhir untuk perlahan menghapusnya dari ingatan akan sia-sia.
“Kita berangkat besok pagi aja, toh hujan juga belum reda. Lukman pasti akan mengerti.” Jawab Rahmad yang telah begitu lama ditunggu Nasir.
“Mbah Sri yang bukan siapa-siapamu saja setiap hari kau kunjungi. Ini teman dekatmu, bahkan bukan teman dekatku, pernikahan yang sekali seumur hidup mau kau urungkan menghadirinya?” Ucap Nasir seperti sedang berpidato tujuhbelasan.
Dengan lemas dan berat hati ia turuti keinginan Nasir. Toh itu juga sudah menjadi kewajibannya menghadiri undangan teman karibnya.
Sepanjang jalan tangannya menengadah memohon kepada Tuhan agar tak Ia pertemukan dengan belahan hati amnesianya itu. Bukan karena ia sudah tak cinta lagi, cintanya masih teramat dalam, bahkan melebihi dari separuh hatinya. Tapi rasa sakit harus menghadapi kenyataan kisah cintanya tak akan berakhir seperti Lukman. Orang tua Aliya menghendaki menantu yang pinter baca kitab dan bertani. Cukup realistis memang melihat Pak Habibi, ayah Aliya yang seorang kiyai dengan sawah berhektar-hektar.
Dengan melipat tangan dengan lipatan celana dibawah lutut Rahmad mulai menyususri rumah istri Lukman yang memang harus melewati gang kecil dulu sebelum sampai ke rumahnya. Baru beberapa langkah turun dari boncengan Nasir, dari belakang terdengar suara lirih menyapanya. Rahmad menggigil mendengar suara itu melebihi biasanya, ia tak sempat menengok, bukan takut dengan pemilik suara, karena itu hanyalah suara Nurul, tapi lebih pada teman dekat Nurul, Aliya. Lehernya kaku seperti terganjal balok terbesar di perhutani Jatirogo. Ia takut Aliya benar-benar datang malam itu, meski kemungkinan datang sangat kecil karena rumahnya yang sangat jauh.
“Iya Nurul” sambil ia gerakkan tubuhnya menghadap Nurul. “sudah mau pulang?” sapa Rahmad dengan getar bibir layaknya mesin diesel.
“Tak kira gak datang kak, dari tadi ditanyakan terus sama orang dibelakang kakak”. Sontak ia menengok ke belakang. Dan benar saja Aliya berdiri tegap dengan senyum tersunggingnya.
“kok baru datang, mas? Kita pulang dulu ya” sapa Aliya yang tak sempat Rahmad jawab.
Malam yang menakutkan itu terjadi juga, doanya sepanjang perjalanan tidak manjur. Acara Resepsi memang sudah selesai. Lukman sudah berganti pakaian dan menemui kami berdua. Tak terjadi banyak perbincangan karena memang waktu sudah larut dan acara sudah selesai.
Selepas makan Rahmad segera berpamitan karena tiba-tiba perutnya sakit.
Baru saja ia menaiki kendaraan, ada sebuah pesan singkat masuk, dan itu dari Nurul. “ Kalau sudah pulang, kabarin ya, Aliya mau bicara sesuatu”. Sakit perutnya semakin parah dibarengi dengan sakit kepala yang mulai menusuk.
Sesampainya di rumah Rahmad langsung menumpahkan hasrat perutnya supaya pertemuannya dengan Aliya cepat terlaksana dan terselesaikan.
Rahmad menuggu di dalam kantor dimana dia tadi menuggu Nasir. Pikirannya kembali berkecamuk, ada rasa takut yang mendalam, ada harapan besar pula yang ia rapalkan ditengah gigilnya.
“Silahkan diselesaikan kak, biar tidak saling memendam”. Lalu Nurul meninggalkan mereka berdua.
Seperti pemuda yang baru saling mengenal dan sedang dimabuk asmara. Tak ada sepatah kata yang terucap sampai hampir setengah jam. Sampai Nurul kembali masuk dan membantu Aliya menyampaikan unek-unek-nya.
“Aliya sudah selesai skripsi kak, mungkin ini waktu yang tepat untuk menunjukkan niat tulus kakak. Silahkan dilanjutkan, tapi jangan terlalu lama, tidak enak bila dilihat orang. Sudah terlalu malam”. Nurulpun kembali pergi meniggalkan mereka.
“aku masih Rahmad yang sama, yang selalu ingin memilikimu seutuhnya. Jika kamu siap berkomitmen, kita jalani dan lewati semuanya. Aku siap menjadi kaki kiri tanpa alas untuk menapaki bara, asal ada kaki kanan yang selalu mengiringi dengan alas berhias permata, dan itu kamu.”
Dan sudah bisa ditebak, suasana kembali hening tanpa jawaban. Tak ada penolakan ataupun jawaban sampai Nurul datang lagi.
“gimana kak, sudah selesai?”
“sudah, silahkan kembali.” Jawab Rahmad dengan senyum yang sangat dipaksakan.
Sembari memandang langit-langit ruangan ia rebahkan badan lusuhnya di sofa kecil penuh debu itu. semua ketakutan-ketakutannya berjalan dengan rapi. Dengan akhir yang sama. Ia putuskan untuk memejamkan mata dan tidur.
Baru sesaat ia penjamkan mata, handphonenya berdering.
“Mas, bisa pinjam charger?, dari tadi handphoneku mati. Tolong diantar sampai depan rumah ya. Sangat berharap.” Demikian isi pesan pendek yang terkirim dari nomor Nurul.
Ingin ia tidur saja, dan mengabaikan semuanya. Karena akhir dari hubungannya dengan Aliya sudah bias ditebak akhirnya. Namun semakin ia pejamkan mata, semakin tidak bisa tidur dan tidak tenang pikirannya. Ia putuskan untuk berdiri mengambil charger seadanya dan mengantarkannya.
Didepan rumah Nurul sepi, tidak ada Aliya disana. Hampir saja Rahmad kembali pulang, karena malam sudah terlalu larut, ia takut ada kejadian yang tak diinginkan. Belum sempat ia nyalakan motornya, suara Aliya memanggil dari tangga samping rumah Nurul. Ternyata mereka berdua tidur di rumah lantai atas.
Aliya tidak mau turun, dan menunggu ditangga. Rahmadpun menaiki tanggal untuk memberikan charger dan langsung meninggalkan Aliya.
“Udah, gitu aja?” suara Aliya yang sontak menghentikan langkah Rahmad. Ia balikkan badannya dan kembali mendekati Aliya. Dan lagi tak ada kata terucap.
Aliya memegang tangan Rahmad. Hal yang sebenarnya biasa bagi mereka berdua, tapi itu dulu. Rahmad lemas, tak mampu membalas genggaman Aliya. Hati dan pikirnya seperti tak ada desiran darah yang mengalir. Perlahan genggaman itu terlepas. Bukan untuk pergi dan meninggalkan Rahmad, tapi justru berpindah melingkari tubuh lemasnya. Pelukan yang semakin lama semakin erat, dan Rahmadpun membalasnya.
Rahmad melepaskan pelukan Aliya yang seperti orang sedang tertidur.
“tidurlah, agar besok tidak pulang kesiangan.” Pinta Rahmad sembari melepaskan pegangan dibahu Aliya. Entah apa yang dirasakan dan diinginkan dalam benak Aliya. Nyatanya tak sejengkalpun langkahnya bergeser. Dan dalam lubuk terdalam Rahmadpun tak ingin segera mengakhiri saat-saat yang sudah sangat lama tak ia rasakan. Dengan kecupan dikening Aliya, Rahmad meninggalkan tangga dan malam yang kian menggigil.
mantap gan, Banyak makna dri certanya nih. Ane bntu share deh
BalasHapusSilahkan gan. makasih..
HapusSi aliya sangat agresif ternyata, saking gk mau kehilangan
BalasHapusHaha... banyak malunya dia..
HapusIni cerita ngarang sendiri gan?
BalasHapusIya gan. Ikutin cerita selanjutnya ya...
Hapuskasihan selalu ditinggal
BalasHapusIya, Kasihan banget gan.
HapusHAHAHA Ceritanya Menarik apalagi si aila tuh wkwkwkw
BalasHapusTerharu ane gan sampe baper gk kebendung
BalasHapusSiapin tisyu gan. Jangan smpe ketahuan org. Hihi,..
HapusBikin terhura
BalasHapusMantapp ceritanyaa gan greget liat ai aliya nyaa hahaha
BalasHapusPengen diapain gan? Hehe
HapusRindu aliya selalu dirindukannya
BalasHapusIni cerita buatan sendiri ? Bagus banget njirrr :')
BalasHapusIya gan. Makasih ya. Hehe,.
Hapusjoss... dalem banget, dibacanya enak
BalasHapusIkutin terus gan. Masih ada cerita lain juga..
HapusKisah yang sangat luar biasa.
BalasHapusMakasih gan..
Hapuskeren gan ceritanya.. sedih juga ya :')
BalasHapusterharu gan bacanya ya hehe
BalasHapusGOOD !!
BalasHapusTerharu 😂
BalasHapusWww dot Yukgas dot id
bagus ni buat di angkat ke novel gan..
BalasHapusNiatnya begitu gan. Hehe. Doain ya...
Hapusceritanya sedih banget
BalasHapusIni novel bikin sendiri atau dari buku ? kalo bikin sendiri keren bisa bikin novel
BalasHapusBikin sendiri gan.
HapusMakasih..
Dibikin novel aja gan..sedih ceritanya
BalasHapusMantap bang, Semangat deh semoga bisa dibukukan :)
BalasHapusamin, makasih bang..
HapusNice artikel, cocok dibuat buku/novel nih. BTW templatenya keren. Kalau boleh tau nama templatenya apa ya?
BalasHapussiap gan. lupa gan. klik aja link yang bawah itu gan.
HapusAduh si mas rahmad kacau nih hehe
BalasHapuswah calon novelis :D
BalasHapusmantap itu mah
BalasHapusNice story, Ane bantu share gan
BalasHapusSilahkan gan. makasih.
Hapuswah feel banget storynya , berbakat nih kalau buat novel
BalasHapusmasih belajar kak. doain aja.. :)
Hapuswisss , ceritanya bagus , feelsnya terasa bangat , sepertinya berbakat jadi novelis , di tunggu karya karya tulisnya yang lain :D
BalasHapusSiap mas.. makasih supportnya..
Hapussemakin bagus aja tulisannya.. lanjutkan gan
BalasHapusMakasih gan udah mengikti tulisan2 saya.
HapusPengen deh gue pengen punya pcr sprti aliya, mainstream soalnya hehe
BalasHapusMantap mas, ditunggu karya selanjutnya
BalasHapusSiap mas...
HapusJadiin buku aja bagus nih
BalasHapusSlalu update gan , tunggu next cerpenya lagi
BalasHapusSlalu update gan , tunggu next cerpenya lagi
BalasHapusJadi baper nih baca cerpennya
BalasHapusHehe lantaran serunya ngebaca sampai lupa kalo ceritanya udah abis
BalasHapusHehe.. makasih gan. ganti cerita lain, masih banyk stok ituh.. hihi//
HapusBikin baper ceritanya TT
BalasHapusjadi terharu .. :(
BalasHapussedih saya gan jadinya
BalasHapusCeritanya menarik sekali apa lagi peran utamanya begitu agresif. Keren mas coba daftar krtabloid
BalasHapussiap gan. makasih..
Hapusmengharukan mataku mendung membacanya
BalasHapussaya tunggu cerita selanjutnya gan,, bagus banget alur ceritanya...
BalasHapusseneng banget nih nemu cerita gini
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCerpennya bagus + inspiratif gan, sukses terus bikin cerpennya
BalasHapussiap mas..
HapusCeritanya bikin baper gan, hiks hiks
BalasHapusCeritanya bikin baper gan, hiks hiks
BalasHapusSedih tapi kerenn
BalasHapusCerita yang menarik
BalasHapusnice story
BalasHapusSo sad :(
BalasHapusngeri ceritanya, bkin sdih banget
BalasHapusbagus banget nih ceritanya...saya bookmark dulu ya gan, biar sekalian baca yg lainnya😄
BalasHapushihi terbawa suasana jadinya .. sedihhh
BalasHapusBawa perasaan banget nih ceritanya.
BalasHapuskeren gan novel pendek nya, :) berbakat nih jadi penulis novel
BalasHapusAliya sangat agresif rupanya, but itu yang idamannya
BalasHapushehehe, Keren dah~
makasih atas ceritanya gan
ceritanya sangat menarik sekali like like mantap
BalasHapuskok sedih yah
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTerus lebih berkarya gan, cerita nya mantapp!!
BalasHapuscerita sangat menarik gan
BalasHapusmantab om cerpennya
BalasHapuscerpennya bagus banget
BalasHapusceritanya bikin baper!
BalasHapussedih juga nih denger cerita nya udah lama gak dipeluk ane wkwkwk
BalasHapusEnak tuh.. dingin dingin berpelukan.. hehe
BalasHapusEnak tuh.. dingin dingin berpelukan.. hehe
BalasHapusmenyentuh gan ceritanya...
BalasHapusBanyak hikmah yang didapat
BalasHapussedih ceritanya.. :( bagus ceritanya min
BalasHapusterharu gan
BalasHapusbanyak moment sedihnya
BalasHapusMantap gan artikelnya.. Bagus
BalasHapusterbawa suasana gua ni haha
BalasHapusAliya.. Semangat
BalasHapusBagus gan ceritanya, klo bisa jadiin novel sekalian.
BalasHapussangat bagus sobat
BalasHapusYg terakhir bikin baper
BalasHapusBagus juga ceritanya gan..
BalasHapusSedih juga bacanya
BalasHapusini buatan sendiri mas? wahh kembangkan terus mas, mantap alurnya :)
BalasHapusKebangkan terus gan gan keren alur cerita nya
BalasHapusCeritanya keren gan salut
BalasHapusKeren gan, sangat "touching" gan hehe
BalasHapusbeda yang hobi nulis mh bagus bro lanjutkan :D
BalasHapuswah ceritanya bagus banget bikin baper
BalasHapusDalem, mantab cerpennya.
BalasHapusJadi pengen dipeluk deh :v
keren ceritanya gan
BalasHapusSedih banget :')
BalasHapusTerharu gan baca ceritaya :'(
BalasHapusUpdate lagi gan.
BalasHapusWah keren gan ceritany ane bantu shared ya?
BalasHapusSilahkan gan.
Hapuswah calon writer speri tere liye nih
BalasHapusbagus bagus gan cerpennya
BalasHapusCeritanya menarik. Ditunggu cerita selanjutnya
BalasHapusterharu gan bacanya & keren banget
BalasHapusterharu gan
BalasHapusduh keren gan terharu coba bikin novel gan
BalasHapusHemmm, terharu gan ane
BalasHapusHemmm, terharu gan ane
BalasHapusCerita yang bagus.
BalasHapuscerpennya bagus... nice artikell
BalasHapusBagus ceritanya
BalasHapusmantap gan,,saya bookmart yaa gan
BalasHapusaduh baper :(
BalasHapusAduh ane sedih baca nih cerpen...di tunggu yg selanjutnya kalau bisa Genre misteri gan
BalasHapusmantap artikel nya mas bermanfaat
BalasHapusCerpennya keren gan! Ditunggu update berikutnya.. izin bookmark gan!
BalasHapusCeritanya bagus gan..di tunggu update selanjutnya
BalasHapusbagus nih ceritanya, bagus lagi kalau dibbuat jadi bbuku..
BalasHapusSedih kali certinya
BalasHapustetapi mengasikkan
Ceritanya bagus gan 😄
BalasHapusBagus
BalasHapusbagus artikelnya gan, nice
BalasHapusnice artikel gan terharu ane bacanya nih novel
BalasHapusBerhasil lo bikin gue baper.
BalasHapusMulai nulis novel aja, terus terbitin deh :D
Memyentuh bngetðŸ˜
BalasHapus